Assalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Tiada kata yang pantas untuk
diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayahNya kepada kita sekalian.
Sehingga kita masih dapat menikmati anugrah terindahNya berupa kesehatan dan
kebahagiaan.
Taklupa
semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi
Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, kepada kita semua, serta kepada
seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah,
suri tauladan yang baik.
Allah
Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya
harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa
nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya
yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya
melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga,
mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara
nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota
badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita
gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta yang kita
miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir
kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik,
beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.
Berlomba
dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk masuk
perguruan tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap
orang ingin dapat yang terdepan. Bagaimana bisa kita kisa saksikan banyak orang
yang berlomba untuk mendapat penghidupan yang bahagia kelak,namun amat jarang
kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat.
Sedikit
orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja
perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan
‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang
menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada
menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah.
Di
dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai
menyerahkan shaf terdepan pada orang
lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang. Akhirat diberikan
pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di
belakangnya bagi kaum pria.
Demikianlah
karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga
rela jadi yang terbelakang.
Ayat
yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah
Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 148 yang Artinya :
“ Dan
bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Isi
kandungan ayat diatas adalah :
Setiap
umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena
itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat
dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh
dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..
Allah
akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala
amal perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang
dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya
dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan
bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik
yg dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah
SWT.
Paling
tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama
ikhlas dalam beramal yakni,Pertama ,melakukan suatu amal dengan niat
semata-mata ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya dalam arti mengharap pujian
dari selain Allah SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw
bersabda yang artinya “Sesungguhnya amal
itu sangat tergantung pada niatnya”. Kedua
melakukan kebaikan itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah
baik bila dalam melakukan amal dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap
tidak bisa diterima oleh Allah SWT karen ini termasuk bagian dari mencari
selain Islam sebagai agama hidupnya yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT
sebagaimana yg sudah disebutkan pada ayat di atas.
Akhirnya
menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada
Allah SWT yang terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan
masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai
bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di dunia dan ini pula yang
akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak.
Selain
itu, terdapat juga hadist yang berbunyi sebagai berikut :
“Bersegeralah
kalian untuk melakukan amal shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai
malam yan gelap gulita, yaitu seseorang di waktu pagi dia beriman tetapi pada
waktu sore dia kafir, atau pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya
ia kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.”
Dari
penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa manusia tak lepas dari
sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering melakukan dosa setiap
harinya ,entah kita sadari atau tidak.
Dimanapun
kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah
berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada.
Demikianlah
yang dapat saya sampaikan
Taqabbalallaahu
minna waminkum taqabbal yaa kariimu, wassalaamu' alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Belum ada tanggapan untuk "Pidato dengan Tema : BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN. "
Posting Komentar